Kalikudi – Sejak kemarin kualitas air Sungai Serayu mengalami penurunan kualitas. Air sungai yang keruh dan kadar amonia yang meningkat. Sehingga ikan yang berada di sungai Serayu mabuk dan mati.
Menurunnya kualitas air yang disebabkan karena kadar amonia dan nitrit atau nitrat yang melebihi ambang batas normal di sungai serayu menyebabkan populasi ikan di sungai serayu menurun drastis. Terjadinya penurunan kualitas air itu juga disebabkan karena meningkatnya volume lumpur yang dipicu dengan adanya banjir di hulu sungai, lalu adanya pembukaan atau flushing di waduk Mrican Banjarnegara.
Sehingga hal itu mengakibatkan terjadinya fenomena langka matinya ribuan ikan di sungai serayu, yang terjadi pada Jumat (1/4) minggu lalu, dan kembali terulang Kamis (7/4) pagi hari ini.
“Kalau diestimasi berdasarkan petugas di lapangan, inikan semua Desa di pinggiran sungai, jadi sepanjang aliran Sungai Serayu. Dari hulu sampai hilir. Itu kalau kita hitung minggu kemarin ramai sekali artinya bisa sampai 8 ton, ini gambaran kasarnya dari hasil kita wawancara dan prediksi, dari hulu sampai hilir, atau mungkin bisa juga lebih karena terjadi lagi hari ini,” kata Bambang Purwadi, Kabid Pengembangan Perikanan Dinas Perikanan dan Peternakan (Dinkanak) Kabupaten Banyumas kepada Radarbanyumas.co.id
Jumlah 8 ton tersebut yang dipekirakan. Belum yang sudah diambil oleh warga sekitar pada kejadian fenoma ikan yang mabuk di Sungai Serayu.
Selain dampak banyaknya ikan yang mabuk akibat kualitas air yang buruk, pasokan PDAM Tirta Wijaya juga mengalami kendala. Sejak kemain (1/4/2022) telah dilakukan pergantian pasokan air PDAM. Namun, hingga pada tanggal 7/4/2022 yang terburuk. Hingga sampai tulisan ini diterbitkan pasokan air PDAM masih belum juga mengalir kepada konsumen.
Dampak dari terhentinya PDAM ini dikeluhkan oleh banyak masyarakat baik di wilyaha Maos, Kesugihan maupun Desa Kalikudi. Pada pedagang yang memusatkan pada pasokan air PDAM juga mengalami keresahan. Merke tidak bisa beroperasi karena PDAMnya mati.